Tiba-tiba Harga Batu Bara Ambruk 4_, Siapa Biang Keladinya_

Jakarta, CNBCÂ Indonesia- Harga batu bara makin jeblok setelah adanya indikasi penurunan permintaan serta meningkatnya penggunaan energi baru terbarukan.
Dikutip dari Refinitiv, harga batu bara kontrak Februari pada perdagangan Kamis (23/1/2025) ditutup di posisi US$ 119,1 per ton, turun 2,38% dari penutupan sebelumnya. Harga ini adalah yang terendah dalam lima hari terakhir.
Pelemahan ini semakin memperburuk tren harga batu bara. Dalam dua hari terakhir, harga pasir hitam anjlok 4,3%. Pelemahan ini terjadi hanya dua hari setelah batu bara terbang 8,4% dalam waktu empat hari beruntun.
Energi surya berhasil melampaui batu bara dalam sektor pembangkit listrik Uni Eropa (UE) untuk pertama kalinya pada 2024. Berdasarkan laporan terbaru think tank Ember yang dirilis Kamis, energi surya menghasilkan 11% listrik UE, mengungguli batu bara yang hanya menyumbang 10%.
Energi angin dan surya terus menunjukkan pertumbuhan pesat tahun lalu. Angin kini menyumbang 17% dari total listrik UE, melampaui gas yang berada di posisi 16% untuk tahun kedua berturut-turut. Ember mencatat, kontribusi bahan bakar fosil anjlok ke level terendah sepanjang sejarah, hanya 29%, turun signifikan dari 39% pada 2019.
"Bahan bakar fosil kehilangan dominasinya dalam sistem energi Uni Eropa. Angin dan surya mendorong batu bara ke pinggir dan membuat gas mengalami penurunan struktural."ujar Chris Rosslowe, penulis utama laporan tersebut.Â
Menurut Ember, lonjakan energi terbarukan telah mengurangi ketergantungan UE terhadap impor bahan bakar fosil, sekaligus melindungi kawasan ini dari fluktuasi harga energi global. Kapasitas energi terbarukan yang ditambahkan sejak 2019 telah menghemat impor tambahan sebesar 92 miliar meter kubik gas dan 55 juta ton batu bara, senilai â¬59 miliar.
Meski menghadapi tantangan inflasi yang tinggi dan kekhawatiran politik akibat pemilu di sejumlah negara anggota, energi terbarukan tetap mencatat kemajuan pada 2024. Namun, Ember memperingatkan bahwa "kemajuan lebih lanjut tidak bisa dianggap remeh," kata Rosslowe, menekankan perlunya peningkatan kapasitas angin dua kali lipat setiap tahun hingga 2030 dibandingkan tingkat 2024.
Energi terbarukan kini menyumbang 47% dari total pembangkitan listrik UE, naik dari 34% pada 2019 saat Kesepakatan Hijau Eropa diluncurkan. Sebaliknya, batu bara yang pada 2019 merupakan sumber listrik terbesar ketiga di UE, kini turun ke posisi keenam. Lebih dari separuh negara UE kini hanya bergantung pada batu bara untuk kurang dari 5% listrik mereka atau bahkan telah menghapusnya sepenuhnya.
UE tetap teguh melanjutkan transisi hijau meskipun Amerika Serikat, di bawah Presiden Donald Trump, memulai proses keluar dari Perjanjian Paris 2015. "Transisi hijau UE tidak akan melambat akibat apa yang terjadi di AS. Sebaliknya, UE akan semakin percaya diri," ujar Rosslowe kepada Montel, seraya menyoroti peran energi surya dan angin dalam mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil yang mahal.
"Mundurnya AS dari kepemimpinan iklim menciptakan peluang bagi UE untuk memimpin dan membuka jalan bagi lebih banyak investasi teknologi bersih di Eropa," tambahnya.
Lobi energi terbarukan SolarPower Europe menyambut tonggak sejarah ini. "Pencapaian ini bukan hanya langkah melawan perubahan iklim, tapi juga fondasi keamanan energi dan daya saing industri Eropa," ujar CEO Walburga Hemetsberger, menyerukan percepatan pengembangan penyimpanan energi, elektrifikasi cerdas dalam pemanasan, transportasi, dan industri.
CNBCÂ Indonesia Research
(emb/emb)