Siaga Perang! Rudal Typhon AS Bergerak di Depan 'Halaman Rumah' RI

Jakarta, Codepelajar.com - Dalam langkah strategis terbaru, militer Amerika Serikat telah memindahkan peluncur rudal Typhon dari landasan udara Laoag di Filipina ke lokasi lain di Pulau Luzon. Menurut sumber senior dari pemerintah Filipina, langkah ini bertujuan untuk meningkatkan mobilitas dan efektivitas rudal dalam menghadapi potensi ancaman, termasuk dari China dan Rusia.
Sistem Typhon, yang dapat meluncurkan rudal multifungsi hingga ribuan kilometer, termasuk rudal jelajah Tomahawk dan rudal SM-6, memberikan kemampuan serangan jarak jauh yang signifikan. Rudal Tomahawk mampu mengenai target di China dan Rusia dari Filipina, sementara SM-6 dirancang untuk menghancurkan target udara atau laut sejauh lebih dari 200 km.
Menurut sumber pemerintah Filipina, relokasi ini dirancang untuk menguji seberapa cepat dan efektif baterai rudal dapat dipindahkan ke posisi tembak baru.
"Mobilitas adalah kunci untuk meningkatkan kelangsungan sistem ini dalam skenario konflik," kata sumber tersebut, dilansir Reuters, Jumat (24/1/2025).
Citra satelit baru-baru ini menunjukkan baterai Typhon dan perlengkapan terkait sedang dimuat ke pesawat angkut C-17 di Bandara Internasional Laoag. Jeffrey Lewis, dari Middlebury Institute of International Studies, mengatakan bahwa kanopi pelindung yang menutupi peralatan Typhon sebelumnya juga telah dipindahkan.
Komando Indo-Pasifik AS (INDOPACOM), yang mengawasi pasukan Amerika di wilayah tersebut, mengonfirmasi bahwa sistem Typhon telah dipindahkan ke lokasi lain di Filipina, meskipun tidak mengungkapkan lokasi pastinya.
"Pemerintah AS telah berkoordinasi erat dengan pemerintah Filipina dalam setiap aspek dari penempatan MRC (Mid Range Capability), termasuk lokasinya," ujar Komandan Matthew Comer dari INDOPACOM.
Comer juga menegaskan bahwa relokasi ini bukan indikasi bahwa sistem rudal tersebut akan ditempatkan secara permanen di Filipina.
Reaksi China dan Rusia
Sejak pertama kali dikerahkan pada April 2024 dalam latihan militer, sistem Typhon telah menuai kritik tajam dari China. Pada September 2024, ketika AS mengumumkan tidak memiliki rencana untuk segera menarik Typhon dari Filipina, China dan Rusia mengecam langkah tersebut sebagai pemicu perlombaan senjata di Asia Pasifik.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, menyebut penempatan ini sebagai tindakan "sangat tidak bertanggung jawab" bagi rakyat Filipina dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
"Ini menciptakan ketegangan dan konfrontasi di kawasan serta merugikan keamanan regional," kata Mao dalam konferensi pers.
Adapun sistem Typhon menjadi bagian dari upaya AS untuk meningkatkan persenjataan anti-kapal di Asia Pasifik, terutama karena keunggulan China dalam perlombaan rudal di wilayah ini. Dengan menggunakan desain dan stok rudal yang telah ada selama lebih dari satu dekade, sistem ini memungkinkan AS dan sekutunya untuk mengejar ketertinggalan.
Meskipun militer AS tidak merinci jumlah sistem yang akan dikerahkan di kawasan Indo-Pasifik, dokumen pemerintah menunjukkan bahwa lebih dari 800 rudal SM-6 akan dibeli dalam lima tahun ke depan, sementara ribuan rudal Tomahawk sudah ada dalam inventaris AS. Kedua jenis rudal ini diproduksi oleh Raytheon, perusahaan teknologi pertahanan terkemuka.
(luc/luc)