ZMedia Purwodadi

Segini Gaji dan Tunjangan Jabatan Camat dan Lurah di Indonesia

Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Astra International Tbk atau ASII belum mampu mencapai level psikologis 5.000 walaupun ada kabar baik penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia. Padahal, penurunan suku bunga diyakini akan semakin menggenjot pembelian otomotif karena kredit lebih murah. Tapi kenapa harga saham ASII tampak tidak bergeming?

Harga saham ASII sudah mengalami tren penurunan sejak Juli 2023 di Rp6.300 per saham dan mencapai titik terendah pada Mei 2024 di Rp4.290 per saham. Sejak saat itu harga saham ASII tidak mampu menyentuh level Rp5.000 per saham.

Berdasarkan data Refinitv, harga saham ASII pada perdagangan Kamis (23/1/2025) tercatat di 4.900 per saham, turun 0,81% dari posisi sebelumnya.

Senior Analyst Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menilai kondisi industri otomotif Indonesia yang lesu jadi faktor kondisi harga saham ASII saat ini.

"Penjualan otomotif yang underwhelming," ungkap Nafan kepada Codepelajar.com pada Rabu (22/1/2025).

Senada, Ellen May seorang praktisi saham sekaligus CEO & Founder Emtrade, mengatakan lesunya industri otomotif jadi pemicu tren negatif Astra sejak 2023.

"Penjualan mobil nasional dan Astra mengalami penurunan," ungkap Ellen May kepada Codepelajar.com pada Kamis (23/1/2025).

Faktor utama yang menjadi pemberat laju saham ASII adalah melemahnnya segmen otomotif. Padahal bisnis ini memiliki kontribusi sebesar 40,41% dari keseluruhan pendapatan ASII.

Berdasarkan laporan keuangan ASII pada periode sembilan bulan pertama 2024, segmen otomotif meraih laba senilai Rp10,74 triliun. Jumlah tersebut turun 4,36% dari perolehan laba pada periode yang sama 2023 senilai Rp11,23 triliun.

Penurunan laba pada Januari-September 2024 pada segmen otomotif diperkirakan akan berlanjut hingga tahun penuh 2024. Hal ini melihat penjualan mobil Astra mencapai 482.964 unit pada 2024, turun 77.753 unit atau 13,87% dari 2023 sebesar 560.717 unit.

Sementara penjualan mobil LCGC Astra mencapai 131.328 unit pada 2024, lebih rendah 20.858 unit atau 13,55% dari penjualan 2023 sebesar 151.913 unit.

Walaupun penjualan menurun, Astra sendiri tercatat masih menjadi pemimpin sektor otomotif dengan pangsa pasar 56% dan 74% untuk pangsa pasar LCGC.

Penurunan penjualan mobil tidak hanya terjadi di Astra, namun keseluruhan industri otomotif tanah air.

Penjualan mobil sepanjang tahun 2024 jauh dari target awal. Sepanjang 2024, penjualan mobil dari pabrikan ke diler (wholesales) hanya 865.723 unit, jauh lebih kecil dibanding 2023 yang tembus 1.005.802 unit. Artinya ada penurunan sebesar 140.079 unit atau 13,9%.

Sedangkan penjualan dari diler ke konsumen (retail sales) juga anjlok dua digit yakni 10,9% atau 108.379 unit dari 998.059 unit di 2023 menjadi 889.680 unit.

Melansir detik.com, Direktur Marketing and Planning & Communication Astra Daihatsu Motor (ADM) Sri Agung Handayani memaprkan beragam faktor penyebab penjualan mobil menurun pada 2024.

"Second half itu yang paling challenge (menantang) itu adalah daya beli. Karena buat marketnya Daihatsu berbeda dari yang lain, di mana kita lebih didominasi oleh first car buyer, ya. Mungkin itu. Beberapa, mereka kan datangnya dari informal sektor," ujar Agung dalam acara Daihatsu New Year Media Gathering di Jakarta, Kamis (16/1/2025).

Agung juga mengatakan secara umum tantangan lain buat industri otomotif di paruh kedua tahun 2024 adalah terkait dengan semakin ketatnya pembiyaan kendaraan dan daya beli.

"Begitu (konsumen) mau beli, kita juga punya challenge masalah leasing company, yaitu masalah kredit. Terutama bagi mereka yang membeli mobil pertama, prosesnya kan lebih luar biasa lagi, ya. Sekarang minta DP besar. Jadi, kurang lebih itu challenge, dua challenge utama kita di semester dua," jelas Agung.

Daya beli masyarakat yang rapuh sepanjang 2024 menggeser permintaan dari mobil baru ke mobil bekas. Hal ini terlihat dari bisnis mobil bekas Astra, OLXmobbi, mencatat penjualan hampir 20.000 unit. Jumlah tersebut meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Penurunan suku bunga BI memang menjadi salah satu harapan untuk kebangkitan sektor otomotif pada 2025. Akan tetapi, suku bunga bukan merupakan faktor tunggal yang dapat memengaruhi permintaan mobil.

Sebagai catatan, Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI Rate pada Januari 2025 sebesar 25 basis points menjadi 5,75%.

Head of Corporate Communications Astra Boy Kelana Soebroto mengatakan adanya suku bunga yang turun bisa membuat cicilan lebih ringan bagi konsumen.

"Penurunan suku bunga bisa menjadi salah satu faktor yang membantu meningkatkan penjualan mobil di Indonesia, terutama jika dilihat dari sisi pembiayaan kendaraan. Dengan suku bunga yang lebih rendah, cicilan kredit kendaraan menjadi lebih ringan, yang dapat mendorong lebih banyak konsumen untuk membeli mobil," ujar Boy kepada Codepelajar.com pada Jumat (17/1/2025).

Akan tetapi, Boy juga mengatakan bahwa ada faktor lain yang dapat memengaruhi penjualan mobil.

"Namun, penurunan suku bunga bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi penjualan mobil. Faktor lain seperti daya beli masyarakat, kebijakan pemerintah (misalnya insentif untuk kendaraan), juga berperan penting," ungkap Boy.

"Jadi, meskipun penurunan suku bunga bisa memberikan dampak positif, itu bukanlah faktor tunggal untuk peningkatan penjualan mobil." pungkas. Boy.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan Codepelajar.com Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

(ras/ras)